Jumat, 07 April 2017

resume 3

PERANGKAT UNTUK MENGAJAR YANG EFEKTIF DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Berikut ini adalah ide dasar tentang bidang psikologi pendidikan, termasuk sejarahnya, dan pengajaran yang efekktif tergantung pada seni sains:
  • psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman proses pengajar dan belajar dalam lingkungan pendidikan. William James dan John Dewey adalah perintis pentingnya psikologi pendidikan, dewey mengatakan anak sebagai pembelajaran yang aktif, pendidikan untuk semua anak, penekanan adaptasi anak terhadap lingkungannya, dan cita-cita demokratis agar semua anak mendapatkan pendidikan yang baik. Hanya ada sedikit tokoh dari kelompok etnis minioritas dan beberapa prempuan diawal sejarah psikologi pendidikan karena adanya hambatan etnis dan gender. Perkembangan lebih lanjutnya adanya muncul behaviorisme skinner pada pertengahan abad ke-20 dan revolusi kognitif pada 1980-an. Pada tahun belakangan ini muncul minat yang luas terhadap aspek sosioemosional dari kehidupan anak, termasuk konteks kultural.
  • Mengajar terkait dengan sains dan seni. Dari segi sains, informasi dari riset psikologis dapat memberikan ide yang berharga. Dari segi seni, keahlian dan pengalaman berperan penting untuk pengajaran yang efektif.

Berikut adalah sikap dan keahlian dari seorang guru yang efektif antara lain:
  • guru yang efektif menguasai mata pelajaran, menggunakan strategi mengajar yang efektif, dan mempunyai bidang keahlian, antara lain bidang tersebut adalah: perencanaan dan penentuan tujuan, menejemen kelas, bekerja dengan kelompok yang etnis dan kultural yang berbeda-beda.
  • Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Ini mencakup sikap yang baik dan penuh perhatian kepada murid. Guru mudah terseret ke sikap yang negatif tatapi sikap ini akan mempengaruhi murid dan menggangu proses belajar mereka.
  • Riset evaluasi program adalah riset yang di desain untuk membuat keputusan tentang efektivitas program tertentu. Riset aksi dipakai untuk memecahkan masalah sosial atau problem kelas tertentu, meningkatkan strategi pengajaran, atau membuat suatu keputusan tentang lokasi yang spesifik.

Metode Riset, adalah langkah penting dalam metode ilmiah. Pengumpulan data adalah cara fundamental untuk menguji hipotesis. Misalnya, seorang periset psikologi pendidikan ingin mengetahui apakah banyak menonton acara MTV akan mengalihkan perhatian murid dari belajar, apakah sarapan pagi yang bernutrisi tinggi meningkatkan kosentrasi belajar dikelas, atau apakah memperpanjang jam istirahat akan mengurangi murid yang bolos, maka periset itu akan menggunakan metode pengumpulan periset. Ada tiga metode yang akan dipakai dalam pengumpulan informasi psikologi pendidikan, antara lain yaitu deskriptif, korelasional, dan ekspremental.
  1. Riset deskriptif, bertujuan mengamati perilaku murid tersebut. Misalnya, seorang ahli psikologi pendidikan mengamati sejauh mana anak-anak bersikap agresif didalam kelas, atau mewancarai guru tentang sikap mereka terhadap jenis strategi pengajaran tertentu. Riset deskriptif tidak akan sendirinya bisa membuktikan apa penyebab dari suatu fenomena, tetapi bisa mengungkapkan informasi penting tentang perilaku dan sikap seseorang.
  2. Riset korelasional, mendeskripsikan kekuatan hubungan antara dua atau lebih kejadian. Riset ini berguna karena semakin kuat dua hubungan antar dua peristiwa, maka kita bisa memprediksi satu kejadian secara efektif. Misalnya, jika peneliti bisa menemukan bahwa pengajaran yang permisif dan kurangnya perhatian mungkin merupakan salah satu sumber dari kurangnya kontrol diri. Namun disini kita harus berhati-hati bahwa korelasi tidak dengan sendirinya merupakan hubungan sebab akibat. Temuan korelasi seperti contoh diatas bukan berati pengajaran yang permisif selalu menyebabkan kontrol diri yang rendah bagi si murid. Kesimpulan tersebut bisa jadi betul, tetapi murid menyebabkan guru menjadi patah arang dan enggan berusaha untuk mengendalikan kelas yang sudah diluar kontrol.
  3. Riset eksperimental, dengan riset ini para ahli psikologi pendidikan bisa menemukan sebab-sebab perilaku. Ahli psiklogi bisa mengambil sebab-sebab tersebut dengan melakukan eksperimen, yakni prosedur yang diatur secara berhatii-hati dimana satu faktor atau lebih dianggap memepengaruhi sikap perilaku yang sedang diteliti akan dimanipulasi dan semua faktor lainnya dianggap konstan. Dalam riset eksperimental ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan dependen.
  • Variabel independen, adalah faktor yang dimanipulasi, yang dipengaruhi, faktor ekperimental. Label “independen” menunjukan bahwa variabel ini bisa diubah terlepas dari faktor-faktor lain. misalnya, kita ingin mendesain eksperimen untuk mempelajari efek dari kelompok belajar bersama terhadap prestasi murid. Dalam contoh ini, jumlah dan jennis kelompok belajar bersama dapat menjadi variabel independen.
  • Variabel dependen, faktor yang mengukur dalam sebuah eksperimen. Variabel in i juga bisa berubah apabila variabel independen dimanipulasi. Lebel “dependen” menunjukan bahwa nilai dari variabel ini tergantung pada apa yang terjadi pada partisipan eksperimen setelah variabel independen dimanipulasi. Dalam studi kelompok diatas bahwa belajar bersama adalah prestasi variabel dependen. Dalam eksperimen, variabel independen terdiri dari pengalaman-pengalaman yang berbeda yang diberikan pada suatu kelompok yang pengalamannya dimanipulasi. Kelompok ekperimental adalah sebuah kelompok pengalamannya dimanipulasi. Kelompok kontrol adalah kelompok pembandig yang diperlukan seperti kelompok eksperimental, kecuali dalam hal faktor yang dimanipulasi. Kelompok kontrol berfungsi sebagai dasar membandingkan efek dari kondisi manipulasi. Perinsif penting lainnya dalam riset eksperimental adalah penetapan acak, penetapan ini adalah penetapan partisispan ke kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dilakukan secara acak.
Riset longitudinal merupakan mempelajari individu-individu yang sama selama periode waktu tertentu, biasanya beberapa tahun atau lebih. Riset cross-sectional adalah mempelajari kelompok orang pada satu waktu. Misalnya, seorang periset mungkin berminat untuk mempelajari rasa harga diri dari murid-murid dikelas 4,6,dan 8. dalam riset ini harga diri murid akan diukur pada satu waktu dengan menggunakan kelompok anak dari kelas 4, 6, dan 8. keuntungan dari riset ini adalah peneliti tidak perlu menunggu murid bertambah usia akan tetapi pendekatan ini tidak memberikan informasi tentang stabilitas diri murid, atau bagaimana harga diri itu berubah dari waktu ke waktu.

Tabel perbandingan metode riset korelasi dan eksperimental

korelasi
contoh
eksperimen
contoh
Tujuan
Menentukan apakah dua faktor berkorelasi satu sama lain.
Pertanyaan: apakah tutoring orang tua berhubungan dengan hasil pekerjaan rumah yang lebih baik?
Temukan apakah ada sebab akibat antara kedua faktor.
Pertanyaan: apakah tutoring orang tua menyebabkan hasil pekerjaan rumah menjadi lebih baik?
Metode pengumpulan data
Mencatat kejadian dua faktor yang berbeda dalam satu kelompok partisipan.
Cari tahu apakah orang tua mendampingin anaknya periksa kualitas pekerjaan rumah anak.
Bagi murid dalam dua kelompok: kelompok eksperimental dan kelompok kontrol.
Berikan kelompok eksperimental beberapa jenis perlakuan tertentu yang tidak diberikan kepada kelompok kontrol.
Bagi kelas dalam dua kelompok secara acak.
Catat kualitas pekerjaan rumah kelompok eksperimental sebelum eksperimen dimulai.
Kemudian minta lah orang tua dari kelompok eksperimental untuk mengajari anak-anaknya, dan melarang orang tua kelompok kontrol untuk mengajari anaknya.
Catat kualitas pekerjaan rumah dari masing-masing kelompok setelah tutoring dilakukan.
analisis
Menganalisis secara statistik faktor-faktor yang cenderung berkorelasi.
Periksa apakah tutoring tersebut berhubungan dengan hasil pekerjaan rumah yang lebih baik atau tidak.
Analisis secara statistik apakah kelompok eksperimentsl berbeds dengan kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan teretentu tersebut.
Lakukan analisis apakah tutoring meningkatkan kualitas pekerjaan rumah atau tidak.
interprestasi

Simpulkan apakah pekerjaan rumah dan tutoring saling berkorelasi atau tidak.
Sebuah kaitan mungkin berupa sebab akibat, tetapi tidak bisa dibuktikan dengan asosiasi ini.

Simpulkan bahwa tutoring menyebakan peningkatan mutu pekerjaan rumah tidak dalam kelompok eksperimental.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar