Laporan
Observasi Manajemen Kelas pada Anak Prasekolah (TK) Dharma Wanita
Persatuan USU
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK
8
Hafizah
Aini (16-002)
Talenta
M.N Hutabarat (16-005)
M.
Ridhona Z. Nur (16-010)
Wanda
Pratama (16-026)
Neni
Tria (16-030)
Intan
Yolanda (16-041)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Laporan Observasi Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma
Wanita Persatuan USU ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami juga berterima kasih pada seluruh Ibu dosen
Psikologi pendidikan USU yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai manajemen kelas di taman
kanak-kanak, terutama di taman kanak-kanak yang kami kunjungi. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Medan, 08 April 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
...............................................................................................
ii
DAFTAR
ISI
............................................................................................................
iii
ISI
LAPORAN
............................................................................................................
1
1. Nomor
Kelompok
............................................................................................
1
2. Ketua
dan
Anggota
Kelompok
........................................................................
1
3. Nama
Sekolah
.................................................................................................
1
4. Identitas
Sekolah
.............................................................................................
1
5.
Hari/Tanggal
Observasi
.................................................................................
1
6.
Teori
Landasan
...............................................................................................
1
7.
Waktu
Observasi
............................................................................................
1
8.
Lokasi
Observasi
............................................................................................
1
9.
Pembagian
Tugas
...........................................................................................
1
10.
Jadwal dan Sistematis Pelaksanaan Penelitian
............................................... 2
11.
Jadwal Kegiatan
...............................................................................................
2
12.
Catatan
Observasi
...........................................................................................
3
13.
Pembahasan
Observasi
dengan
Teori
..............................................................
4
TEORI
MANAJEMEN
KELAS
.................................................................................
6
KESIMPULAN,
HAMBATAN,
SARAN
................................................................
15
TESTIMONI
MASING-MASING
...........................................................................
16
DAFTAR
PUSTAKA
...............................................................................................
18
POSTER
....................................................................................................................
19
LAMPIRAN
..............................................................................................................
20
DOKUMENTASI
.....................................................................................................
21
ISI LAPORAN
- Nomor Kelompok :8 (Delapan)
- Ketua Kelompok :Wanda Pratama (161301026)
Anggota Kelompok : Hafizah Aini (161301002)
Talenta M.N Hutabarat (161301005)
M.Ridhona Z Nur (161301010)
Neni Tria Harahap (161301030)
Intan Yolanda (161301041)
Santi Melisa (161301058)
- Nama Sekolah : TK Dharma Wanita Persatuan USU
- Identitas Sekolah :
- Alamat : Jl.Universitas No.26, Padang
Bulan Kota Medan
- Jumlah Siswa (Observasi) :
15 orang
- Jumlah Kelas : 3
(tiga) kelas
- Jumlah Guru : 4
(empat) orang
- Prestasi : Juara I
Lomba Kebersihan tingkat Kecamatan
- Hari/Tanggal Observasi : Jumat,31 Maret 2017
- Teori Landasan : Bab 14. Mengelola Kelas
(Psikologi Pendidikan oleh J.W Santrock)
- Waktu Observasi : 08.00 – 10.15 (2 jam 15 menit)
- Lokasi Observasi : TK Dharma Wanita Persatuan USU
- Pembagian Tugas :NoNamaTugas1.
Wanda Pratama Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan 2.Hafizah Aini Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan 3.Talenta Hutabarat Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan 4.M.Ridhona Z Nur Dokumentasi, menyusun laporan, meninjau lapangan 5.Neni Tria Harahap Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan 6.Intan Yolanda Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan 7.Santi Melisa Mencatat hasil observasi, menyusun laporan, meninjau lapangan - Jadwal dan Sistematis Pelaksanaan Penelitian
- NOURAIANMARETAPRIL1Diskusi Pemilihan Topik2Diskusi Mengenai Teori3Observasi4Diskusi Kelompok5Pembuatan Poster6
Posting Blog
SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
- 06 Maret 2017 : Diskusi Pemilihan Topik
- 24 Maret 2017 : Diskusi Mengenai Teori
- 31 Maret 2017 : Observasi
- 01 April 2017 : Diskusi Kelompok
- 04 April 2017 : Pembuatan Poster
- 09 April 2017 : Posting Blog
- Jadwal Kegiatan (Jumat, 31 Maret 2017)
08.00 – 08.15
: Bel berbunyi, berbaris,
berolahraga,
menyanyi dan
menari bersama
08.15
– 08.45
: Kegiatan awal, salam dan doa
08.45
– 09.45
: Kegiatan Inti (Pada hari Jumat
menggambar dan membaca cerita)
09.45
– 10.00 : Cuci tangan, doa
dan makan bersama
di dalam kelas
10.00 – 10.15
: Istirahat,
main didalam atau diluar kelas
10.15 : Pulang
- Catatan Hasil Observasi
- Keadaan Kelas
- Di dalam kelas terdapat 4 kelompok meja dengan 3-4 orang murid yang menduduki kursi
- Gaya penataan kelas menggunakan gaya tatap muka
- Kelas sudah bersih dan rapi saat murid-murid memasuki kelas
- Di belakang kelas terdapat tempat mainan murid-murid disimpan
- Loker kelas terletak rapi disudut belakang kelas dengan nama masing-masing murid. Di dalam loker terdapat buku mewarnai, buku tulis, alat tulis, dan peralatan lainnya.
- Kelas memiliki dekorasi bervariasi, yaitu terdapat poster-poster abjad serta lukisan- lukisan lucu di dinding kelas
- Kelas menggunakan AC sebagai pendingin ruangan
- Terdapat satu meja guru di depan kelas
- Aktivitas Kelas
- Sebelum memasuki kelas murid melakukan senam pagi yang didampingi guru
- Guru sudah mengenali nama murid satu persatu
- Murid memasuki kelas dan duduk di kursinya masing-masing
- Guru membuka kelas dengan berdoa dan menanyakan kabar murid
- Guru mengulas kembali pelajaran yang sudah lalu saat membuka kelas
- Guru menanyakan ibadah murid
- Murid sudah hapal rutinitas di hari Jum’at yaitu murid bebas melakukan hal yang diinginkan seperti menggambar karena senin-kamis murid sudah belajar menulis, membaca, dan berhitung.
- Murid mengambil sendiri peralatan menggambarnya di loker yang sudah tersedia
- Ada juga kegiatan menyanyi tentang pelajaran murid
- Setelah murid selesai menggambar, guru memberikan nilai terhadap gambaran mereka serta menanyakan apa yang mereka gambar
- Murid yang sudah selesai dinilai diizinkan untuk bermain di area belakang kelas yang sudah tersedia dengan mainan
- Pada saat jam makan, murid diminta untuk mencuci tangan dengan cara mengantri, kamar mandi murid berada di luar ruangan kelas
- Guru meminta murid berdoa dan mengawasi murid saat sedang makan sambil menanyakan apa bekal yang ia bawa
- Sebelum pulang murid diminta merapikan barang-barangnya
- Diakhir kelas murid diminta berdoa dan diizinkan pulang, kelompok murid yang paling tertib diizinkan pulang terlebih dahulu
- Interaksi
- Interaksi antar guru dan murid cukup baik dan sering
- Guru membimbing murid untuk membaca doa-doa
- Guru menegur murid secara langsung apabila tidak tertib
- Guru menghapal dengan baik nama-nama murid
- Guru memberikan pujian kepada murid yang berani bercerita tentang kegiatannya
- Saat menggambar murid banyak berinteraksi dan bercanda, serta pinjam meminjam alat-alat menggambar
- Guru menanyakan apa gambar yang mereka gambar secara individu
- Ada beberapa murid yang tidak mau menggambar tetapi malah mengerjakan soal-soal di bukunya
- Pembahasan Antara Hasil Observasi dengan Landasan Teori
- Pada TK Dharma Wanita USU, anak – anak didik terlihat mampu menjawab pertanyaan guru melalui media simbolik dengan bentuk rumah ibadah dan foto Presiden. Dimana pada pemikiran praoperasional menurut piaget, tahapan periode praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan pemikiran simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat, identitas, kategorisasi, dan lainya.
- Evertson, Emmer, dan Worsham (2003) dalam buku Santrock (2014) memberi beberapa prinsip penataan kelas, yaitu:
- Mengurangi kepadatan di tempat lalu–lalang.
- Memastikan bahwa guru dapat melihat murid dengan mudah.
- Materi dan perlengkapan kelas mudah diakses.
- Memastikan murid dapat melihat semua presentasi kelas.
- TK Dharma Wanita masih belum mampu memastikan kondisi pertama. Dikarenakan hal ini terjadi karena ruang kelas satu pintu dengan jalan keluar kantor kepala sekolah.
- Mengenai gaya penataan kelas, Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam Santrock (2004) mengemukakan lima gaya penataan, TK Dharma Wanita USU menggunakan gaya yang kedua. Yaitu, gaya tatap muka, dimana murid saling berhadapan (face to-face). Anak – anak akan belajar cenderung lebih sering bercengkrama dengan temannya yang lain.
- Personalisasi kelas cukup baik di TK ini sebab dekorasi kelas menggunakan hiasan warna-warni , mainan yang memacu kognitif dan kreatifitas (seperti susunan kayu dari besar-kecil dan lego). Tetapi ruangan kelas kurang efektif penempatannya karena berseberangan dengan ruangan kepala sekolah (bisa dilewati dari pintu yang sama).
- Dalam menciptakan lingkungan yang positif di sekolah,guru menggunakan strategi otoritatif dimana murid dilibatkan dalam kerja sama serta diberi perhatian. Kerjasama terlihat dari kegiatan mengambil peralatan gambar di loker masing-masing.
- Dalam mempertahankan aturan atau prosedur, terdapat tiga strategi untuk menjaga kerjasama antara murid dan guru yang masing-masing telah dipenuhi oleh TK yaitu:
- Menjalin hubungan positif dengan murid: berinteraksi secara empat mata.
- Mengajak murid untuk bertanggung jawab: setelah selesai makan mereka harus membersihkan meja mereka dan merapikannya,setelah selesai bermain mereka harus menyusun kembali mainan yang mereka ambil.
- Memberikan hadiah: memuji, mengacungkan jempol, menepuk tangan pada murid yang bersemangat dan yang berani untuk tampil membaca puisi dan bernyayi.
- Terdapat masalah yang jelas mengenai seorang murid yang tidak bisa duduk tenang dikelas dan mulai mengganggu teman yang lainnya, tetapi guru TK menyelesaikan masalah ini dengan bentuk non-asertif. Setelah menanganinya guru melanjutkan pembelajaran dikelas.
- Untuk mengatasi beberapa masalah yang lazim dialami oleh para guru TK dalam berkomunikasi dengan muridnya, maka harus dengan menjalin hubungan komunikasi aktif dengan audien (anak-anak). Hal ini dikatakan oleh College pada tahun 1995 (Santrock, 2004).
TEORI
MANAJEMEN KELAS
- Sejarah dan Tokoh
Kelas
dimana anak usia dini atau Taman Kanak Kanak sebagai sebuah institusi
pendidikan mungkin masih tergolong baru dibandingkan sekolah lainnya.
Menurut sejarahnya tercatat Freidrich Froebel (21 April 1782-21 Juni
1852) seorang berkebangsaan Jerman, sebagai salah satu pengagas
pendidikan untuk anak dengan membuka kindergarten
(kinder=anak; garten=taman)
pertama di dunia pada 28 Juni 1840 di Thuringia-Jerman.
Pendidikan
TK dimaksudkan untuk memelihara tumbuhnya kebudayaan bangsa yang
merdeka, terutama melalui sistem pendidikan dan pengajaran. Seiring
dengan perkembangan Taman Indria, berkembang pula Taman Kanak-kanak
(TK) yang merupakan adaptasi dari konsep Kindergarten dan
Taman Indria. Perkembangan TK jauh lebih pesat dari pada Taman
Indria. Dalam perjalannya selama di Indonesia, lahir pula Raudhatul
Athfal atau RA yang merupakan penyelenggaraan program pendidikan bagi
anak usia dini dengan kekhasan agama Islam.
Baik
Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun Raudhatul Athfal, sasarannya
baru mencakup anak di atas usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan
dasar. Dengan demikian anak usia 0-4 tahun belum terlayani program
PAUD dalam bentuk apapun. Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan
pengasuhan terutama bagi anak yang kedua orangtuanya bekerja di luar
rumah, muncullah program Taman Penitipan Anak atau TPA yang awalnya
hanya berfungsi sebagai tempat titip/pengasuhan anak. Sejak tahun
1980-an, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia
internasional tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka
lembaga untuk anak usia 3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain atau
Kober atau KB.
Hal
penting lainnya adalah dasar bagi kurikulum yang dirancang Froebel,
yaitu gift (objek
yang dapat dipegang dan digunakan anak sesuai instruksi guru,
sehingga anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna, dan
menghitung), occupation(materi
untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti menjahit sesuai
pola, membuat bentuk mengikuti pola, menggunting, menggambar,
menempel dan melipat kertas, dll), nyanyian, dan permainan yang
mendidik.
- Anak Prasekolah
Salah
satu Teori yang dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss
yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama
dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan
untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan
operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami kognitif
seseorang melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan
semakin canggih seiring pertambahan usia.
1.Periode
sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
2.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3.Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4.Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Pemikiran
Praoperasional menurut piaget
Pada
tahapan periode praoperasional ini terdapat sebuah kemajuan pemikiran
simbolis disertai pemahaman yang tumbuh mengenai ruang, sebab akibat,
identitas, kategorisasi, dan lainya.
- Fungsi simbolis Fungsi simbolis (Symbolic function):
Kemampuan
anak menggunakan representasi mental (kata-kata, angka, atau
gambar). Tanpa simbul-simbul, individu tidak dapat berkomuniasi
secara verbal, membuat perubahan, membaca peta, atau mengenali
foto-foto yang disayangi dari kejauhan. Simbol-simbol bisa membantu
seorang anak untuk mengingat dan berpikir tentang sesuatu yang tidak
hadir secara fisik.
Penggunaan
simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
- Imitasi tidak langsung Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang. Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
- Permainan Simbolis Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami. Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
- Menggambar Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”. Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
- Gambaran Mental merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
- Bahasa Ucapan Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka
mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan
logis. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan
secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan
kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan
untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat
mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan
semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Manajemen
kelas
Manajemen kelas yang
efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles,
2002; Evertson, Emmer, & Worsham, 2003 dalam Santrock, 2004).
Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V Johson dan Mary A Bany,
bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Secara
historis, dalam manajemen kelas, guru dianggap sebagai pengatur dan
dalam tren selanjutnya lebih menekankan pada pelajar, dan guru
sebagai fasilitator (Freiberg, 1999; Kauffman, dkk., 2002 dalam
Santrock, 2004).
Proses
belajar-mengajar dalam kelas hakikatnya akan melibatkan semua unsur
yang ada dalam sekolah yang bersangkutan akan tetapi secara langsung
akan terlibat hal-hal sebagai berikut :
- Guru sebagai pendidik
- Murid sebagai yang dididik
- Alat-alat yang dipakai
- Situasi dalam dan lingkungan kelas
- Kelas itu sendiri
- Dan hal lainnya yang sewaktu-waktu terjadi
Kelas
Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau
Walter Doyle (1986)
dalam buku Santrock (2004) mendeskripsikan enam karateristik yang
merefleksikan kompleksitas dan problemnya yaitu:
- Kelas adalah multidimensional, yaitu kelas adalah setting untuk banyak kegiatan, mulai dari aktivitas akademik seperti membaca, menulis, bermain, berkomunikasi dengan teman dan berdebat.
- Aktivitas terjadi secara simultan. Banyak aktivitas yang terjadi secar simultan didalam kelas, seperti ada murid yang menulis dan sebagian lagi mendiskusikan suatu cerita bersama guru.
- Hal-hal terjadi secara cepat. Kejadian yang sering kali terjadi secara cepat dan membutuhkan respon yang cepat.
- Kejadian sering tidak terprediksi. Hal ini berupa murid sakit, murid berkelahi, alarm kebakaran berbunyi, dan sebagainya.
- Hanya ada sedikit privasi. Kelas adalah tempat publik dimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian yang tidak terduga, dan mengalami frustasi.
- Kelas punya sejarah. Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu.
Tujuan
dan Strategi Manajemen
Menurut Santrock
(2004), ada 2 tujuan manajemen kelas yang efektif, yaitu :
- Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
- Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
Prinsip penataan
kelas yang dikemukakan oleh Evertson, Emmer, dan Worsham (2003) dalam
buku Santrock (2004):
- Mengurangi
kepadatan di tempat lalu–lalang.
- Memastikan bahwa
duru dapat melihat murid dengan mudah.
- Materi dan
perlengkapan kelas mudah diakses.
- Memastikan murid
dapat melihat semua presentasi kelas.
Gaya Penataan yang
dikemukakan oleh Crane (2001) dan Fickes (2001) dalam buku Santrock
(2004):
- Gaya auditorium
yaitu semua murid menghadap guru.
- Gaya tatap muka
yaitu murid saling berhadapan langsung satu sama lain.
- Gaya off-set,
sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan
langsung satu
sama lain.
- Gaya seminar,
sejumlah murid duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi.
- Gaya klaster,
yaitu sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil.
- Perkembangan Anak Pra-Sekolah
Anak usia prasekolah
adalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka biasa mengikuti
program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia pada
umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun
dan kelompok bermain atau Play Group (usia 3 tahun), sedangkan pada
anak usia 4 – 6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman
kanak-kanak (Biechler dan Snowman dari Patmonodewo, 2003).
Dalam proses
perkembanganya ada ciri-ciri yang melekat dan menyertai periode anak
tersebut. Menurut Snowman (1993 dalam Patmonodewo, 2003) mengemukakan
ciri-ciri anak prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada TK. Ciri-ciri
anak TK dan prasekolah yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial,
emosi dan kognitif.
Ciri
Fisik Anak Prasekolah
Penampilan maupun
gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam
tahapan sebelumnya.
- Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
- Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak.
- Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti misalnya, mengikat tali sepatu.
- Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
- Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak (soft). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, sebaiknya dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahannya.
- Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki apabila ia tidak terampil, jauhkan dari sikap membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas.
Ciri
Sosial Anak Prasekolah atau TK
- Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
- Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
- Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. Parten (1932) dalam social participation among praschool children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah, dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial.
Ciri
Emosional Anak Prasekolah atau TK
- Anak TK cenderung mngekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
- Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan perhatian guru.
Ciri
Kognitif Anak Prasekolah atau TK
- Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya, sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
- Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang. Ainsworth dan Wittig (1972) serta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara mengembangkan agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai berikut: a) Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak. b) Tunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. c) Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan dalam banyak hal.
- Berikan kesempatan dan dorongan maka untuk melakukan berbagai kegiatan secara mandiri. a) Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan dalam berbagai tingkah laku. b) Tentukan batas-batas tingkah laku yang diperbolehkan oleh lingkungannya. c) Kagumilah apa yang dilakukan anak. d) Sebaiknya apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan dengan ketulusan hati.
Pendidikan
anak Pra-Sekolah
- Menurut The National Association for The Education of Young Children (NAEYC), pendidikan prasekolah (early childhood education) adalah pelayanan yang diberikan dalam tatanan masa kanak awal. Fungsi pendidikan prasekolah sendiri merupakan sebagai persiapan anak untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih matang.
- Menurut UU RI No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 (2), pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasai pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.
Bermain
Sosial
Dengan bentuk
seperti ini, guru dapat melihat partisipasi anak dalam suatu kegiatan
bermain dan akan menunjukkan derajat partisipasi berbeda. Parten
(1932) dan Brewer (1992) menjelaskan berbagai derajat partisipasi
anak :
·
Solitary Play ; anak bermain sendiri tanpa menghiraukan anak lainnya
·
Onlooker Play ; anak hanya sebagai penonton dalam permainan tersebut
·
Parallel Play ; anak menggunakan mainan yang sama atau meniru cara
anak lain ber-
main, namun tetap bermain sendiri.
·
Associative Play ; anak bermain bersama namun permainan tidak
terstruktur
·
Cooperative Play ; anak bermain bersama dengan aturan-aturan
tertentu
Praktik
Pendidikan Anak Pra-Sekolah
Pada tahun 1986,
NAEYC meneliti isu praktik yang cocok dikembangkan pada program masa
awal anak-anak. Dalam suatu studi, anak-anak yang mengikuti
pendidikan prasekolah dengan praktik yang cocok menurut dokumen yang
diterbitkan NAEYC memperlihatkan perilaku kelas yang lebih cocok dan
kebiasaan belajar yang lebih baik (Hart & others, 1993).
Beberapa
model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD:
1. Model
Pembelajaran Klasikal
Adalah suatu
pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh
seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model
yang paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan
kurang memperhatikan minat anak secara individu.
2. Model
Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam pembelajaran
ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok
melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus
menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak
yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat
meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau
tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan
pengaman disediakan alat-alat yang bervariasi, sering diganti sesuai
dengan tema / sub tema
3. Model
pembelajaran berdasarkan sudut,
Langkah-langkah
pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut
kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan
lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema.
4. Model
pembelajaran berdasarkan area Model
Pembelajaran ini
lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan
kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk
memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta
menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak.
5. Model
pembelajaran berdasarkan sentra
Adalah pendidikan
pembelajaran dalam proses pembelajaran dilakukan di dalam lingkaran
dan sentra bermain. Guru bersama anak duduk dengan posisi melingkar
dan saat dalam lingkaran, guru memberikan pijakan pada anak sebelum
dan sesudah bermain Sentra bermain merupakan area / zona bermain anak
yang di lengkapi alat bermain, berfungsi sebagai pijakan lingkungan
yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak dalam
berbagai aspek perkembangan secara seimbang. Dalam membuka sentra
setiap hari disesuaikan dengan jumlah kelompok setiap PAUD
Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan
sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu
kegiatan di satu sentra kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan
anak dalam tiga jenis bermain : bermain sensori motor / fungsional ,
bermain peran , bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Selain metode yang
bersifat teknis di atas, ada beberapa metode pengajaran yang lebih
umum antara lain :
a.
Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat
suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya, ketika membaca
buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya
sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar
sendiri akan dapat diserap lebih lama. Anak juga terlatih berpikir
kreatif dan berinisiati.
b.
Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran
yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan
sendiri. Setidaknya tedapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk
memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau
menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya,
anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tak hanya menjelaskan
tentang pisang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi
tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati
sesuatu.
KESIMPULAN,
HAMBATAN, SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil
observasi yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa TK Dharma
Wanita Persatuan USU telah memiliki pengelolaan kelas yang cukup
baik.Dimana TK ini telah cukup memenuhi prinsip penataan kelas, gaya
penataan kelas menggunakan gaya tatap muka, prinsip penataan kelas
sudah terpenuhi.
Tetapi
menurut kami, guru pada TK ini kurang dalam memberikan reward berupa
pujian terhadap murid-murid yang sudah berani menjawab pertanyaan
guru.
Hambatan
Secara
keseluruhan semuanya berjalan lancar, tetapi terkadang ada beberapa
anak yang masih malu-malu karena kedatangan kami, jadi mereka juga
terkadang tidak menjawab apa yang kami tanyakan.
Saran
Sebaiknya
guru di TK Dharmawanita USU lebih sering memberikan reward bukan
hanya tepuk tangan tetapi juga berupa perkataan seperti “kamu
pintar sayang!” agar memotivasi murid lebih berani menjawab
pertanyaan guru serta lebih semangat.
TESTIMONI
MASING-MASING
Hafizah
Aini 16-002
Pengalaman
yang menarik dan menyenangkan. Karena berinteraksi dengan anak-anak.
Dengan adanya kegiatan observasi ini membuat saya mengetahui hal apa
saja yang bisa diobservasi dan energi positif dari anak-anak itu
rasanya menular kepada kami. Bagaimana keceriaan dan semangat mereka
yang membuat kami ikut bersemangat dan ceria.
Talenta
M.N. Hutabarat 16-005
Menurut
saya, kegiatan observasi terhadap manajemen kelas dimata kuliah
psikologi pendidikan ini adalah
hal yang baru dan merupakan bagian
tugas
yang
sangat menyenangkan
dan sangat membantu dalam penambahan ilmu secara praktik dalam
pembelajaran selama kuliah.
M.
Ridhona Z. Nur 16-010
Observasi
ini membuat saya ingin kembali ke masa kecil saya. Apalagi lihat anak
–anak yang lucu lucu. Wihhh.... makin membuat saya betah di TK itu.
Dan satu hal yang membuat saya belajar dari TK itu adalah nikmatilah
masa kecilmu!. Sebab jika kita merasa masa kecil kita pahit,maka
jadikanlah ia alasan buat kesuksesanmu di masa depan, tapi jika kita
merasa masa kecil kita manis maka jangan jadikan ia alasan tetapi
pertahankanlah untuk kemudahanmu dalam kesuksesanmu di masa depan.
Wanda
Pratama 16-026
Menurut
saya sistem pembelajarannya sangat menyenangkan karena anak-anak bisa
belajar sambil bermain, sebab pembelajar seperti itu tidak ada
kebosanan dalam belajar
Neni
Tria Harahap 16-030
Observasi ini
merupakan pengalaman yang menarik untuk saya, karena saya sebelumnya
belum pernah melalukan observasi terutama terjun langsung
mengobservasi anak-anak TK.Serta banyak sekali hal positif yang saya
peroleh seperti semangat mereka yang tinggi dalam belajar dan
observasi ini juga mengingatkan saya terhadap masa TK saya dulu,
bahwa guru akan sangat sabar menjawab pertanyaan yang terkadang
sangat lucu dan tidak masuk akal.
Intan
Yolanda 16-041
Menurut
saya sistem pembelajarannya sudah cukup bagus dan juga sistem
pengajarannya. Hanya perlu di maksimalkan saja. Selain itu, sekolah
juga harus melihat bagaimana cara siswa belajar agar lebih mudah dan
baik dalam menerima pelajaran di sekolah.
Santi
Melisa 16-058
Observasi
kepada anak-anak TK justru semakin membuat saya deg-degan! Saya
sangat senang bertemu dengan anak-anak dan seketika saya merasa lebih
muda. Para guru dan murid menyambut kami dengan sapaan dan senyuman
hangat. Mereka sangat atraktif tetapi terkadang suasana kelas menjadi
agak ribut. Akan tetapi guru bisa mengontrol mereka. Saya
berkeinginan untuk melakukan observasi ketempat lain lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock,
John. (2004), Psikologi
Pendidikan.Jakarta:
Prenadamedia Group
POSTER
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Foto bersama anggota kelompok dan guru beserta murid-murid
Saat anak-anak senam pagi didampingi guru
Keadaan kelas
Siswa menggambar
dan mewarnai
Guru memeriksa dan menilai gambaran siswa
Saat anak mencuci
tangan sebelum makan
Siswa makan siang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar